Wednesday, 17 August 2016

Alur Cerita atau Plot dalam Karya Sastra

Alur Cerita atau Plot dalam Karya Sastra

Contoh populer untuk menerangkan arti plot adalah begini:Raja mati. Itu disebut jalan cerita. Tetapi raja mati karena sakit hati adalah plot. Apa yang disebut plot dalam cerita memang sulit dicari. Ia tersembunyi di balik jalan ceritanya. Namun dalam jalan cerita bukanlah plot. Jalan cerita hanyalah manifestasi, bentuk wadah, bentuk jasmaniah dari plot cerita. (Jakob Sumarjo, 1994:48)
Dengan demikian, plot berbeda dengan jalan cerita. Jalan cerita lebih menunjukkan sebuah kejadian. Akan tetapi, plot menunjukkan adanya hubungan sebab akibat. Maksudnya, plot tidak cukup menerangkan  sebuah keadaan,  tetapi keadaan itu ada penyebabnya.
Robert W Boyton dan Maynard Mack (1967:12) menyebutkan bahwa plot adalah istilah (term) teknis yang mengaitkan kejadian-kejadian dalam cerita. Oleh karena itu, ditekankannya bahwa plot menyatakan serangkaian kejadian yang saling berkaitan yang di dalamnya konflik atau problem diselesaikan.
Inti plot memang konflik, tetapi suatu konflik dalam novel tak bisa tiba-tiba dipaparkan begitu saja. Ia harus ada dasarnya. Maka dari itu, plot sering dirinci menjadi elemen-elemen berikut:
1. pengenalan
2. timbulnya konflik
3. konflik memuncak
4. klimaks
5. pemecahan soal
Plot harus dapat melukiskan peristiwa-peristiwa yang disusun berurutan dan sambung-menyambung berdasarkan sebab akibat. Alur cerita itu  ada dua yaitu alur maju dan alur mundur. Alur cerita maju ialah alur yang kejadiannya diurutkan dari awal sampai akhir. Pada alur cerita mundur, plotnya tidak bersifat kronologis. Cerita tidak dimulai dari awal, melainkan dimulai dari tengah atau bahkan akhir cerita, lalu menuju  bagian awal cerita.

No comments:

Post a Comment