Santun
Berbahasa
- Kejujuran
Hidup manusia hanya dapat bermanfaat
bagi dirinya sendiri dan bagi sesamanya, kalau hidup itu dilandaskan pada
sendi-sendi kejujuran. Kejujuran adalah suatu pengorbanan, karena kadang-kadang
ia meminta kita melaksanakan sesuatu yang tidak tnenyenangkan diri kita sendiri.
Namun, tidak ada jalan lain bagi mereka yang ingin jujur dan bertindak jujur.
Bila orang hanya mencari kesenangan dengan mengabaikan segi kejujuran, maka
akan timbullah hal-hal yang menjijikkan.
Kejujuran dalam bahasa berarti:
kita mengikuti aturan-aturan, kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam
berbahasa. Pemakaian kata-kata yang kabur dan tak terarah, senta penggunaan
kalimat yang berbelit-belit, adalah jalan untuk mengundang ketidakjujuran.
Pembicara atau penulis tidak menyampaikan isi pikirannya secara terus terang. Ia
seolah-olah menyembunyikan pikirannya itu di balik rangkaian kata-kata yang
kabur dan jaringan kalimat yang berbelit-belit tak menentu. Ia hanya mengelabui
pendengar atau pembaca dengan mempergunakan kata-kata yang kabur dan “hebat”;
hanya agar bisa tampak lebih intelek atau lebih dalam pengetahuannya. Di pihak
lain, pemakaian bahasa yang berbelit-belit menandakan bahwa pembicara atau
penulis tidak tahu apa yang akan dikatakannya. Ia mencoba menyembunyikan kekurangannya
di balik berondongan kata-kata hampa.
Bahasa adalah alat untuk kita
bertemu dan bergaul. Sebab itu, ia harus digunakan pula secara tepat dengan
memperhatikan sendi kejujuran.
2. Sopan santun
Yang dimaksud dcngan sopan-santun adalah memberi penghargaan
atau menghormati orang yang diajak bicara, khususnya pendengar atau pembaca.
Rasa hormat di sini tidak berarti memberikan penghargaan atau menciptakan kenikmatan
melalui kata-kata, atau mempergunakan kata-kata yang manis sesuai dengan basa-basi
dalam pergaulan masyarakat beradab. Bukan itu! Rasa hormat dalam gaya bahasa
dimanifestasikan melalui kejelasan dan kesingkatan.
Menyampaikan sesuatu secara jelas berarti tidak
membuat pembaca atau pendengar memeras keringat untuk mencari tahu apa yang ditulis
atau dikatakan. Di samping itu, pembaca atau pendengar tidak perlu membuang-buang
waktu untuk mendengar atau membaca sesuatu secara panjang lebar, kalau hal itu
bisa diungkapkan dalam beberapa rangkaian kata. Kejelasan dengan demikian akan
diukur dalam beberapa butir kaidah berikut, yaitu:
(1) kejelasan dalam struktur gramatikal kata dan
kalimat;
(2) kejelasan dalam korespondensi dengan fakta yang
diungkapkan melalui kata-kata atau kalimat tadi;
(3) kejelasan dalam pengurutan ide secara logis;
(4) kejelasan dalam penggunaan kiasan dan
perbandingan.
Kesingkatan sering jauh lebih efektif daripada
jalinan yang berliku-liku. Kesingkatan dapat dicapai melalui usaha untuk
mempergunakan kata-kata secara efisien, meniadakan penggunaan dua kata atau
lebih yang bersinonim secara longgar, menghindari tautologi; atau mengadakan
repetisi yang tidak perlu.
Di antara kejelasan dan kesingkatan sebagai ukuran
sopan-santun, syarat kejelasan masih jauh lebih penting daripada syarat
kesingkatan.
3. Menarik
Kejujuran, kejelasan serta kesingkatan harus
merupakan langkah dasar dan langkah awal. Bila seluruh gaya bahasa hanya
mengandalkan kedua (atau ketiga) kaidah tersebut di atas, maka bahasa yang
digunakan masih terasa tawar, tidak menarik. Sebab itu, sebuah gaya bahasa harus
pula menarik. Sebuah gaya yang menarik dapat diukur melalui bebérapa komponen
berikut: variasi, humor yang sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup
(vitalitas), dan penuh daya khayal (imajinasi).
Penggunaan variasi akan menghindari monoton dalam
nada, struktur, dan pilihan kata. Untuk itu, dalam berkomunikasi perlu memiliki
kekayaan dalam kosa kata, memiliki kemauan untuk mengubah panjang-pendeknya
kalimat, dan struktur-struktur morfologis. Humor yang sehat berarti: gaya
bahasa itu mengandung tenaga untuk menciptakan rasa gembira dan nikmat.
Vitalitas dan daya khayal adalah pembawaan yang berangsur-angsur dikembangkan
melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman.
No comments:
Post a Comment