Wednesday, 17 August 2016

Relasi Antarunsur dalam Karya Sastra

Relasi Antarunsur dalam Karya Sastra
Analisis struktural tidak cukup dilakukan dengan hanya mendata unsur sebuah karya, misalnya peristiwa, plot, tokoh, latar, atau yang lainnya,  namun yang lebih penting ialah  menunjukkan bagaimana unsur-unsur terelasi dan sumbangan apa yang dapat diberikan terhadap nilai estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai. Hal ini perlu dilakukan mengingat karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks dan unik.
Berikut ini adalah konsep relasi antarunsur dalam sebuah karya sastra
Hubungan antara tema dengan plot.
Tema merupakan bagian atau terkandung dalam plot. Menurut William Grace (1965:273), istilah tema digunakan  secara luas untuk menyatakan  makna total mengenai suatu kesatuan artistik. Itulah sebabnya, tema berbeda dengan plot. Menurut Jonathan Culler, plot merupan ‘mesin’ dari tema, lebih dari tema itu sendiri. Plot merupakan garis-garis sebuah drama, cerita pendek, atau novel. Plot merupakan proyeksi temporal terhadap struktur tematik, dan membantu melahirkan tema (Culler, 1977:224). Menurut Kresner (1962:31) plot bersama-sama perwatakan dan latar, semuanya membantu mewarnai tema. (Sukada 1993:70).
Hubungan antara latar dan unsur fiksi lainnya
Latar sebuah karya sastra yang sekadar berupa penyebutan tempat, waktu, dan hubungan sosial tertentu secara umum artinya bersifat netral, pada umumnya tak banyak berperan dalam pengembangan cerita. Hal ini berarti juga latar tersebut kurang berpengaruh terhadap unsur-unsur fiksi yang lain, khususnya alur dan tokoh. Sebaliknya, latar yang mendapat penekanan yang dilengkapi dengan sifat-sifat khasnya, akan sangat mempengaruhi dalam hal pengaluran dan penokohan, dan karenanya juga  keseluruhan cerita. Perbedaan latar baik, baik menyangkut hubungan tempat, waktu, maupun sosial, menuntut adanya perbedaan pengaluran dan penokohan.
Antara latar dengan penokohan mempunyai hubungan yang erat dan bersifat timbal balik. Sifat-sifat latar, dalam banyak hal, akan mempengaruhi sifat tokoh. Bahkan, barangkali tak berlebihan jika dikatakan bahwa sifat seseorang akan dibentuk oleh keadaan latarnya. Begitu pula halnya antara status sosial dengan penokohan (Nurgiantoro 1995:225).

No comments:

Post a Comment